Terus semangat belajar dan berbagi ilmu sampai ke liang lahat, demi menjadi Hamba ุงู„ู„ّู‡ُ yang Kaffah.

ODOS - Episiode 200 - 204 : Merindukan Mekah sd Doa untuk Para Sahabat

๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด

๐ŸงONE DAY ONE SIROH๐Ÿง

๐ŸžMATERI 200 JILID 6๐Ÿž


๐Ÿ’ŸMerindukan Mekah๐Ÿ’Ÿ

Sahabat fillahku, dapatkah kita membayangkan perasaan kaum Muhajirin yang terusir paksa dari Mekah, tanah kelahiran mereka sendiri? Rasa rindu akan Mekah semakin lama semakin besar. Banyak sekali hal yang membuat kaum Muhajirin merasa demikian sebab Mekah bukan sekedar tempat lahir, melainkan juga merupakan kota yang luar biasa.

Di Mekah terdapat Ka'bah, rumah Allah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim, tempat para penduduk dan bahkan seluruh orang Arab berziarah. Kewajiban berziarah ke Ka'bah sudah begitu mendarah daging dalam diri orang Arab, baik itu Muslim maupun bukan. Kewajiban suci itu tidak bisa dilepaskan begitu saja meski orang Quraisy pasti akan mencegah kedatangan setiap Muslim.

Selain itu, di Mekah masih tertinggal keluarga yang mereka cintai walaupun masih dalam kehidupan syirik karena menyembah berhala. Keluarga inilah yang sudah sangat ingin mereka ajak ke dalam kehidupan Islam. Di Mekah pula masih tertinggal harta benda dan barang perdagangan yang disita Quraisy tatkala mereka berhijrah.

Rasa rindu kaum Muhajirin pada Mekah semakin besar karena mereka telah keluar dari kota itu akibat tindakan keras musuh. Bukan menjadi adat orang-orang Mekah untuk menyerah terhadap ketidakadilan tanpa melakukan pembalasan.

Bahkan Rasulullah sendiri tidak kuasa melupakan Mekah. Di Mekah sana terkubur jasad Bunda Khadijah, kekasih yang sangat beliau cintai. Tidak ada negeri yang lebih beliau sayangi melebihi Mekah, tanah tumpah darah yang menimbulkan begitu banyak kenangan.

Suatu hari, seorang lelaki datang berhijrah dari Mekah. Ia menemui Rasulullah dan Bunda Aisyah. "Bagaimana situasi Mekah saat kau tinggalkan?" tanya Bunda Aisyah.
Laki-laki itu menggambarkan keadaan rumah-rumah, padang-padang tandus, jalan, pasar-pasar yang hiruk pikuk, serta bunga-bunga yang tumbuh di tepi jalan menuju perbukitan. Suaranya penuh pilu dan sedih. Kerinduan Rasulullah begitu memuncak sehingga kedua mata beliau berkaca-kaca penuh linangan air mata.

"Cukuplah, jangan kau bangkitkan kerinduanku," demikian ucap Rasulullah.
Namun, di tengah kerinduan dan beban berat mengurus umat, Rasulullah juga dibahagiakan dengan pernikah putri bungsunya, Fathimah Az Zahra.


๐Ÿ“Catatan Tambahan๐Ÿ“

๐ŸŽKuda di Arabia๐ŸŽ

Kuda adalah kebanggan orang Arab. Silsilah keturunan kuda dihafal dan disimpan. Kuda digunakan untuk pacuan dan berperang. Namun, karena bukan dari kawasan ini, kuda memerlukan perawatan lebih. Kuda harus sering minum dan makan daun-daunan dan biji. Jika berjalan, kukunya terbenam di pasir. Sangat berbeda dengan unta yang memang sangat cocok dengan bumi Arab.


๐Ÿ“—Kisah diambil dari buku Muhammad Teladanku Jilid 6๐Ÿ“—

๐ŸžMATERI 200 JILID 6๐Ÿž

๐Ÿ’—๐ŸŒน๐Ÿ’—๐ŸŒน๐Ÿ’—๐ŸŒน๐Ÿ’—๐ŸŒน๐Ÿ’—

---------------------------------------------------------------

๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด

๐ŸŒฟONE DAY ONE SIROH๐ŸŒฟ

๐Ÿ„MATERI 201 Hal 396๐Ÿ„

๐ŸšซOrang-orang Munafik๐Ÿšซ

Salah satu tokoh paling berpengaruh yang ada di Madinah adalah Abdullah bin Ubay bin Salul Al-Aufi, salah seorang dari Bani Al-Hubla. Sebelum dan sesudahnya orang-orang Al-Aus dan Al-Khazraj tidak pernah menjadikan Pemimpin lain selain Abdullah bin Ubay bin Salul, sampai akhirnya Islam datang.

Selain itu di Al-Aus terdapat tokoh berpengaruh lainnya yg ditaati dan dihormati kaumnya yaitu Abu Amir Abdu Ann Bin Shaifi bin An Nu'man, beliau adalah orang tua dari sahabat Rasulullah SAW yang bernama Hanzhalar Al-Ghasil. Abu Amir Bin Shaifi biasa dipanggil sebagai Pendeta oleh kaumnya.

Adapun Abdullah bin Ubay bin Salul kaumnya telah mempersiapkan mutiara sebagai mahkota untuk disematkan padanya dan menjadikan dia Raja mereka. Maka ketika kaumnya berpaling kepada Islam, dia menaruh dendam permusuhan kepada Rasulullah SAW dan menuduh Rasul telah mengambil mahkota kepemimpinannya.

Tatkala kaumnya masuk Islam, Abdullah bin Ubay bin Salul ikut masuk Islam namun tetap menyimpan kemunafikan dan dendam kesumat.

Sementara Abu Amir Bin Shaifi memilih tetap pada kekafirannya, ia pergi bersama belasan kaumnya ke Mekah dengan meninggalkan Islam dan Rasulullah SAW.
Rasul bersabda "Janganlah kalian memanggil dia Rahib (Pendeta), tetapi panggilah dia Fasiq."

Sebelum berangkat ke Mekah Abu Amir menemui Rasulullah dan bertanya, "Agama apa yang engkau bawa?"
Rasulullah bersabda, "Aku datang dengan agama yang lurus (hanifiyah). Agama Ibrahim."
Abu Amir berkata, "Aku juga menganut agama Ibrahim."
Rasulullah bersabda, "Engkau tidak menganut agama Ibrahim."
Abu Amir menjawab, "Betul, aku menganut agama Ibrahim!" "Wahai Muhammad, Engkau telah memasukkan hal-hal baru ke dalam agama yang lurus (hanifiyah) yang bukan merupakan bagian darinya."
Rasulullah bersabda, "Aku tidak pernah melakukan itu semua. Aku datang dengan agama Ibrahim dalam keadaan putih suci."
Abu Amir berkata, "Seorang pendusta akan Allah matikan dalam keadaan terusir, terasing, dan sendirian."
Rasulullah bersabda, "Benar! Barangsiapa berdusta, Allah akan lakukan itu."

Demikianlah yang dilakukan musuh Allah, Abu Amir, ia beranjak ke Mekah. Pada saat Rasulullah SAW berhasil menaklukan Mekah, Abu Amir pergi ke Thaif, tatkala orang-orang Thaif masuk Islam, ia pergi ke Syam. Di sanalah ia meninggal dunia dalam keadaan terusir, terasing, dan dalam kesendirian.


๐Ÿ“—Kisah diambil dari e-book Siroh Nabawiyah Ibnu Hisyam hal 396๐Ÿ“—

๐ŸžMATERI 201 Hal 396๐Ÿž

๐Ÿ„๐ŸŒฟ๐Ÿ„๐ŸŒฟ๐Ÿ„๐ŸŒฟ๐Ÿ„๐ŸŒฟ๐Ÿ„

--------------------------------------------------------------

๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด

๐Ÿ“–ONE DAY ONE SIROH๐Ÿ“–

๐Ÿ–‹MATERI 202 Hal 397๐Ÿ–‹

♨️Abdullah Bin Ubay♨️

 Sahabat Fillah, Abdullah Bin Ubay Bin Salul tetap terhormat pada pandangan kaumnya. Hanya saja dia selalu ragu-ragu hingga ia dikalahkan Islam. Dan dia masuk Islam secara terpaksa.

Suatu hari, Rasulullah SAW pergi menunggang keledai bersama Usamah bin Zaid bin Haritsah, di atas keledainya ada kain pelana yang di atasnya terdapat selimut asal Fadak yang diikat dengan serat palem.
Rasulullah berjalan melewati Abdullah Bin Ubay Bin Salul yang sedang bernaung di bawah benteng kecil yang bernama Muzahim.

Abdullah Bin Ubay Bin Salul sedang bersama beberapa orang dari kaumnya. Tatkala Rasulullah melihat Abdullah Bin Ubay Bin Salul, Beliau SAW merasa malu melewatinya dengan mengendarai keledai, maka Rasulullah turun dari keledainya, dan mengucapkan salam lalu duduk sejenak.

Rasulullah membacakan Al Quran kepada Abdullah Bin Ubay Bin Salul, dan mengajaknya kepada agama Allah, mengingatkannya tentang Allah, memberi peringatan keras, memberi kabar gembira, dan ancaman padanya.

Abdullah Bin Ubay Bin Salul diam seribu bahasa. Setelah Rasulullah selesai berbicara, Abdullah Bin Ubay Bin Salul berkata, "Wahai Muhammad sesungguhnya tidak ada orang yang lebih baik perkatannya dari perkataanmu. Apabila yang engkau katakan itu benar, duduk sajalah di rumahmu. Siapapun yang datang menemuimu, bicaralah engkau kepadanya. Sedangkan orang yang tidak datang menemuimu, tidak usahlah engkau bersusah payah datang kepadanya dan mengatakan sesuatu yang orang itu tidak menyukainya."

Abdullah bin Rawahah yang sedang berada bersama beberapa dari kaum Muslimin berkata, "Benar sekali, biarkan kami yang mengajaknya ke majelis-majelis, kampung dan rumah-rumah kami. Demi Allah, inilah suatu hal yang kami sukai, sesuatu yang dengannya Allah jadikan kami mulia. Dan Dia memberi petunjuk bagi kami padanya."

Ketika Abdullah Bin Ubay Bin Salul mendengar kaumnya menentang pendapatnya, ia bersyair:
_"Kala tuanmu menjadi musuhmu._
_Kau akan senantiasa hina dan lawanmu akan menjatuhkanmu._
_Biasakah burung elang harus terbang tanpa sayapnya._
_Jika suatu hari bulunya dicabut, ia kan jatuh."_

Rasulullah beranjak dari tempat tersebut lalu pergi ke rumah Sa'ad Bin Ubadah. Ucapan Abdullah Bin Ubay Bin Salul masih terbersit di wajah Rasulullah. Sa'ad Bin Ubadah berkata, "Wahai Rasulullah, aku melihat sesuatu terbersit di wajahmu, apakah Engkau baru mendengar hal yang tidak engkau sukai?"
Rasulullah bersabda, "Betul sekali."
Sa'ad Bin Ubadah berkata, "Wahai Rasulullah, bersikap lemah lembutlah kepada Abdullah Bin Ubay Bin Salul. Demi Allah ketika engkau datang kepada kami, kami telah mempersiapkan mahkota yang akan kami berikan padanya sebagai kepemimpinan. Ia beranggapan Engkau telah merampas mahkota kepemimpinan itu darinya."


๐Ÿ“–Kisah diambil dari e-book Siroh Nabawiyah Ibnu Hisyam hal 397๐Ÿ“–

๐Ÿ–‹MATERI 202 Hal 397๐Ÿ–‹

๐Ÿ’❤️๐Ÿ’❤️๐Ÿ’❤️๐Ÿ’❤️๐Ÿ’

-----------------------------------------------------------------------

๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด

๐ŸŒฅONE DAY ONE SIROH๐ŸŒฅ

✨MATERI 203 Hal 398✨

๐Ÿ’ซSahabat-sahabat Rasul yang sakit๐Ÿ’ซ

Aisyah ra mengisahkan saat Rasulullah sampai di Madinah, Madinah kala itu merupakan bumi Allah yang paling potensial untuk wabah penyakit demam. Dampaknya banyak sahabat Rasulullah yang terjangkit sakit demam itu.

Allah menjaga Rasulullah SAW sehingga beliau tidak terjangkit wabah demam.
Abu bakar, Amir bin Fuhairah, dan Bilal tinggal satu rumah. Mereka semua terjangkit wabah demam. Lalu Aisyah menjenguk mereka.

Peristiwa ini terjadi saat hijab belum diwajibkan.
Mereka bertiga diserang demam tinggi yang hanya Allah saja yang tahu.

Aisyah mendekat kepada Abu Bakar dan bertanya, "Bagaimana kabarmu ayahanda?" Abu bakar menjawab:
_Semua manusia disambut ria oleh keluarganya di pagi hari._
_Sementara maut lebih dekat padanya daripada tali sandalnya sendiri._

Aisyah berkata, "Demi Allah, ayah tidak sadar akan apa yang ia katakan."

Aisyah mendekat kepada Amir bin Fuhairah, dan bertanya, "Bagaimana kabarmu wahai Amir?" Amir Bin Fuhairah menjawab:
_Telah aku jumpai kematian sebelum mencicipinya._
_Sesungguhnya kematian datang pada para pengecut dari atasnya_
_Setiap orang itu berjuang dengan kekuatannya_
_Sebagaimana sapi jantan menjaga kulitnya dengan tanduknya._

Aisyah berkata, "Demi Allah, Amir tidak menyadari apa yang dikatakannya."

Adapun Bilal, bila demam menyerangnya, ia berbaring di emperan rumah, dengan mengangkat suaranya sambil berkata:
_Wahai, bisakah aku kembali bermalam di Fakh (tempat di luar Mekah),_
_Sementara di sekitarku terdapat Idzkhir (nama pohon beraroma wangi) dan Jalil (nama tumbuh-tumbuhan),_
_Mampukah suatu saat aku berada di mata air Majannah?_
_Adakah Gunung Syamah dan Gunung Thafil terlihat olehku?_

Aisyah lalu menceritakan apa yang ia dengar kepada Rasulullah. Apakah yang akan dilakukan Rasulullah?

Nantikan kisah selanjutnya ya Sahabat Fillah. ๐Ÿ˜Š

๐Ÿ’ซKisah diambil dari e-book Siroh Nabawiyah Ibnu Hisyam hal 398๐Ÿ’ซ

✨MATERI 203 Hal 398✨

✨๐Ÿ’ซ✨๐Ÿ’ซ✨๐Ÿ’ซ✨๐Ÿ’ซ✨

______________________________________________________



๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด

๐Ÿ”ตONE DAY ONE SIROH๐Ÿ”ต

๐Ÿ”ทMATERI 204 Hal 399๐Ÿ”ท

๐Ÿ’ŽDoa untuk Para Sahabat๐Ÿ’Ž

Aisyah ra berkata kepada Rasulullah, "Mereka bertiga bicara asal-asalan dan tidak sadar dengan apa yang mereka ucapkan akibat serangan demam tinggi."
Rasulullah SAW berdoa, "Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana telah Engkau jadikan kami mencintai Mekah, atau kokohkanlah rasa cinta kami kepada Madinah. Berilah kami keberkahan di dalam mud, dan sha' Madinah (yakni makanannya). Alihkan serangan wabahnya ke Mahyaa'h." Mahyaa'h adalah Al-Juhfah.

Akibat serangan demam ini banyak sahabat yang mengerjakan shalat dengan cara duduk.
Rasulullah SAW keluar menemui mereka yang kala itu menunaikan shalat dengan cara duduk dan berkata, "Ketahuilah wahai sahabat-sahabatku bahwa shalat orang yang duduk itu pahalanya setengah shalat orang yang berdiri."

Maka para sahabat berupaya untuk berdiri sekuat mungkin walaupun mereka demikian lemah dan sedang sakit dengan harapan mendapatkan pahala.

๐Ÿ“ Catatan tambahan ๐Ÿ“

๐Ÿ—“Penanggalan Hijrah๐Ÿ—“

Rasulullah sampai di Madinah pada hari senin 12 Rabiul Awwal. Pada saat waktu Dhuha berakhir, saat matahari tidak begitu panas.
Rasulullah sampai di Madinah saat usia beliau 53 tahun, 13 tahun setelah beliau diutus menjadi Nabi dan Rasul.
Rasulullah tinggal di Madinah pada akhir Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzul Qa'dah, dan Dzul Hijjah.
Pada bulan-bulan inilah dan bulan Muharram tahun berikutnya Rasulullah tidak berperang melawan kaum musyrikin.

Pada bulan Shafar, tepat setahun setelah kedatangan Rasulullah ke Madinah, beliau keluar untuk berperang dan berjihad untuk melawan musuhnya sesuai yang Allah perintahkan, serta memerangi orang-orang musyrik.
Rasulullah menunjuk Sa'ad Bin Ubadah sebagai penggantinya di Madinah selama beliau berada di medan jihad.


๐Ÿ”ตKisah diambil dari e-book Siroh Nabawiyah Ibnu Hisyam hal 399๐Ÿ”ต

๐Ÿ”ทMATERI 204 Hal 399๐Ÿ”ท

๐Ÿ’Ž๐Ÿ”ท๐Ÿ’Ž๐Ÿ”ท๐Ÿ’Ž๐Ÿ”ท๐Ÿ’Ž๐Ÿ”ท๐Ÿ’Ž

------------------------------------------------------------------