Terus semangat belajar dan berbagi ilmu sampai ke liang lahat, demi menjadi Hamba ุงู„ู„ّู‡ُ yang Kaffah.

ODOS - Episiode 159 - 161 Hijrah

๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด

๐Ÿ”ดONE DAY ONE SIROH๐Ÿ”ด

๐ŸŒนMATERI 159 JILID 5๐ŸŒน


๐Ÿช Hijrah ๐Ÿช

Kaum Anshar atau 'para penolong', demikianlah Rasulullah menjuluki para sahabat barunha dari kota Yatsrib. Sebelum kaum Anshar datang, rasanya dakwah Islam akan berputar di sekitar Mekah saja. Padahal, seluruh penduduk Mekah sudah diteror habis-habisan oleh para pemimpin Quraisy agar tidak menjadi pengikut Rasulullah. Di mata orang Quraisy, tiba-tiba saja Islam sudah menjadi kuat nun jauh di Yatsrib sana dan itu di luar jangkauan mereka.

Tanpa membuang waktu lagi, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya memyusul kaum Anshar ke Yatsrib. Dengan sangat cerdik, beliau memerintahkan kaum Muslimin hijrah dengan berpencar-pencar dan diam-diam agar tidak menimbulkan kepanikan Quraisy.

Mulailah mereka berhijrah sendiri-sendiri dalam kelompok-kelompok kecil. Cara seperti itu berbeda dengan yang dilakukan Nabi Musa yang membawa kaumnya berhijrah dalan kelompok besar sekaligus. Ketika orang Quraisy tahu, mereka mulai panik.

"Tahan mereka yang mencoba mengungsi itu! Kurung orang yang mencoba pergi!" perintah seorang pemimpin.

"Mengapa tidak kita bunuh saja?" seru yang lain.

"Apa kamu sudah tidak waras? Kalau kita bunuh, kabilahnya akan menuntut balas!
Quraisy akan dipecah dalam perang saudara! Itu sudah pasti akan menguntungkan Muhammad! Tidak, tidak ada yang di bunuh. Bujuk saja supaya mereka kembali kepada sesembahan lama. Iming-imingi dengan harta kalau perlu. Jika tidak mau juga, siksa dengan keras!"

Sahabat fillahku, demikian keras orang Quraisy bertindak, sampai-sampai ada istri yang dipisahkan dari suaminya. Kalau istrinya orang Quraisy, ia tidak boleh ikut suaminya hijrah. Jika tidak menurut, wanita itu akan mereka kurung.

Semua itu rela dijalani kaum Muslimin. Mereka rela berpisah dari keluarga bahkan meninggalkan harta untuk berhijrah demi kebebasan menyembah Allah.


๐Ÿ“Catatan Tambahan๐Ÿ“

⚜Hisyam bin Ash bin Wail⚜

Hisyam bin Ash bersama misannya, Ayyasy, mengadakan persetujuan sembunyi-sembunyi dengan Umar bin Khattab untuk berhijrah. Hutan kecil semak berduri dekat pemukiman Bani Ghifar adalah tempat pertemuan mereka. Namun, Hisyam tidak muncul, ia menyerah pada ancaman keluarganya.


๐Ÿ“•Kisah diambil dari buku Muhammad Teladanku Jilid 5๐Ÿ“•

๐ŸŒนMATERI 159 JILID 5๐ŸŒน

๐Ÿ„๐Ÿ๐Ÿ„๐Ÿ๐Ÿ„๐Ÿ๐Ÿ„๐Ÿ๐Ÿ„

--------------------------------------------------
๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด

๐ŸŒผONE DAY ONE SIROH๐ŸŒผ

๐ŸŒบMATERI 160 JILID 5๐ŸŒบ


๐ŸนUmar dan Hamzah Hijrah๐Ÿน

Sahabat fillahku, akhirnya berangkatlah kaum Muslimin secara berangsur-angsur.
Yang tinggal di Mekah saat itu hanyalah Rasulullah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Hamzah, Umar bin Khattab, dan beberapa gelintir orang yang tidak menemukan cara untuk meloloskan diri. Ketika Abu Bakar meminta izin untuk berhijrah, Rasulullah menjawab, "Jangan tergesa-gesa, mungkin saja Allah memerintahkan aku berhijrah dengan disertai seorang kawan."

Akhirnya, Hamzah pun berangkat bersama beberapa orang. Namun, beda dengan saudara-saudara Muslimnya yang berangkat dengan sembunyi-sembunyi. Hamzah bin Abdul Mutthalib berangkat terang-terangan sambil menyandang pedang. Sorot matanya  seolah-olah berkata, "Siapa pun yang berani  mencegahku pergi, akan menghadapi tebasan pedang!"

Melihat sorot mata itu, tidak seorang Quraisy pun yang berani bertanya-tanya.

Setelah itu, Umar bin Khattab pun menyusul. Ia pergi bersama bebrapa orang lemah dan miskin yang tidak mungkin dibiarkan pergi jika dikawal seorang pelindung yang disegani Quraisy.

Sambil menyandang pedang, meletakkan busurnya di pinggang. Umar bin Khattab pergi melewati Ka'bah. Tangannya menggenggam anak-anak panah. Di hadapan para pembesar Quraisy yang sedang duduk-duduk disitu, ia berkata, "Siapa diantara kalian yang ingin ibunya merasakan kematian anaknya, yang ingin anaknya menjadi yatim, dan istrinya menjadi janda, temuilah aku di belakang lembah ini."

Namun, tidak seorang pun beranjak memenuhi tantangan itu. Melihat tantangannya tidak terjawab, Umar bin Khattab melompatke atas kuda dan pergi memimpin rombongan hijrah. Kepergiannya diikuti tatapan penuh rasa takut sekaligus benci orang-orang yang memusuhi Islam.

Kini, tinggallah Rasulullah, Abu Bakar, dan Ali bin Abu Thalib yang belum berhijrah. Melihat Rasulullah sendirian, para pemuka Quraisy merencanakan sesuatu yang jahat untuk mencelakakan beliau.

Bagaimana kisah selanjutnya?

Kita lanjutkan besok ya kisahnya...insyaa Allah ๐Ÿ˜Š


๐Ÿ“Catatan Tambahan๐Ÿ“

๐Ÿ—ก Ayyasy ๐Ÿ—ก

Ayyasy adalah keponakan  Abu Jahal. Ia ikut hijrah bersama Umar bin Khattab sampai di selatan Yatsrib. Lalu, muncul Abu Jahal dan seorang saudara Ayyasy, mereka mengatakan bahwa ibu Ayyasy bersumpah tidak bersisir sampai anaknya kembali. Umar mengatakan bahwa itu tipuan. Namun, Ayyasy kembali ke Mekah dan disana di tangkap dan disiksa.


๐Ÿ““Kisah diambil dari buku Muhammad Teladanku Jilid 5๐Ÿ““

๐ŸŒบMATERI 160 JILID 5๐ŸŒบ

๐Ÿ–‹✒️๐Ÿ–‹✒️๐Ÿ–‹✒️๐Ÿ–‹✒️๐Ÿ–‹
--------------------------------------

๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด๐ŸŒด๐Ÿช๐Ÿช๐ŸŒด

๐ŸŒปONE DAY ONE SIROH๐ŸŒป

๐Ÿ–ŒMATERI 161 JILID 5๐Ÿ–Œ


๐ŸQuraisy Mengincar Rasulullah๐Ÿ

Di sebuah pertemuan bernama Darun Nadwah, para pemimpin Quraisy berkumpul untuk menentukan sikap terhadap Rasulullah. "Sudah berkali-kali kita membicarakan kepergian Muhammad dan pengikutnya ke Yatsrib, tetapi sampai saat ini tidak ada satu pun tindakan yang bisa kita lakukan!" ujar seseorang.

"Betul, padahal persoalan ini begitu gawat buat kita. Sadarilah oleh kalian, jika Muhammad dan pengikutnya berkumpul di Yatsrib, suatu saat bisa saja mereka datang kesini dan menyerang kita!"

"Dan kafilah-kafilah dagang kita!" jerit yang lain. "Kafilah-kafilah dagang kita harus melalui daerah pinggiran Yatsrib untuk bisa sampai ke Syam! Apa jadinya jika perdagangan kita mereka tutup? Kita akan kelaparan dan menderita! Persis seperti kita mengurung Muhammad dan keluarganya selama beberapa tahun di Syi'ib Abu Thalib!"

Semua orang bergidik ngerimembayangkan kemungkinan itu. Sejenak tidak seorang pun tahu harus berkata apa. Sampai akhirnya, seseorang memecahkan keheningan, "Kita harus segera bertindak! Kemukakan usul kalian tentang apa yang harus kita lakukan!"

"Masukkan dia dalam kurungan besi dan tutup pintunya rapat-rapat,kemudian kita awasi biar dia mengalami nasib seperti penyair-penyair semacamnya sebelum dia, seperti  Zuhair dan Nabighah!"

Namun pendapat ini tidak mendapat dukungan yang lain.

"Kita usir dia! Buang saja dia keluar Mekah!"

Namun, nanti dia bisa bergabung dengan pengikutnya di Yatsrib!"

Sahabat fillahku, akhirnya mereka menyetujui usul Abu Jahal yang sangat kejam, "kita ambil seorang anak muda yang tangguh dan terpandang dari setiap suku. Kemudian suruh mereka menusuk Muhammad secara bersama-sama dengan pedang-pedang yang teah diasah setajam mungkin. Bani Abdu Manaf dan Bani Hasyim tidak akan bisa membalas kematian Muhammad karena seluruh suku di sini terlibat pembunuhan itu! Paling-paling kita hanya harus membayar ganti rugi yang bisa kita tanggung bersama-sama!"



๐Ÿ“Catatan Tambahan๐Ÿ“

๐Ÿ‚Menjadi Fakir๐Ÿ‚

Kebanyakan kaum Muslimin yang hijrah ke Madinah menjadi fakir karena mereka meninggalkan tanah air, rumah, dan harta benda yang mereka cintai. Mereka tinggalkan semua itu semata-mata karena cinta kepada Allah dan Rasul-NYA. Mengerti akan hal ini, kaum Anshar di Madinah sebisa mungkin menyediakan keperluan saudara-saudaranya dari Mekah.

๐Ÿ“™Kisah diambil dari buku Muhammad Teladanku Jilid 5๐Ÿ“™

๐Ÿ–ŒMATERI 161 JILID 5๐Ÿ–Œ

๐Ÿ‘๐Ÿƒ๐Ÿ‘๐Ÿƒ๐Ÿ‘๐Ÿƒ๐Ÿ‘๐Ÿƒ๐Ÿ‘

---------------------------------------------