Terus semangat belajar dan berbagi ilmu sampai ke liang lahat, demi menjadi Hamba اللّهُ yang Kaffah.

wow 1 Persiapan Ruhiyah / Mental

Slide 1
Dlm perbincangan seputar pernikahan, seringkali kita mendengar istilah "mensegerakan atau tergesa-gesa?"
Sebenarnya apa yg membedakan 2 kalimat ini? Apakah soal brp lama qt ada dlm masa penantian? Ataukah ttg sbrapa cpt dan pd usia brp kita bertemu sang pangeran dan bersanding di pelaminan? 
Ternyata tak sepenuhnya demikian. 
Mensegerakan dan tergesa-gesa lbh pas jika dimaknai dlm konteksnya sbrapa lama persiapan yg qt lakukan untuk menuju gerbang pernikahan. Ia berbicara masalah waktu dan sbrp matang persiapan. 
Ust Salim A.Fillah misalnya, bliau menikah di usia 20thn. Tp sejak usia 15 thn bliau tlah mempersiapkan diri. 5thn persiapan. Ini namanya mensegerakan.

 
Berbeda dg seseorang yg menikah di usia 30thn misalnya, tp baru melakukan persiapan dg penuh kesadaran 6 bln sblm menikah. Ini masuk kategori tergesa2. 

Slide 2
Bbrp thn lalu, saat sy msh bujang. Sy sedang dlm perjalanan ke rumah nenek di kota Batu. Saat itu hampir tengah malam, kami berhenti sejenak dan sy turun dr mobil untuk pesan nasi goreng di sebrang alun2 kota apel ini. Ternyata disana sdh ada bbrp anak punk yg ngumpul dan ngobrol heboh. Secara fisik penampilan mrk tdk jauh beda dg anak2 punk kebanyakan. Rambut di cat warna warni, pakai tindik di bbrp titik, pakaian dominan hitam dan bertampang "sangar". Bkn berniat mencuri dengar pembicaraan mrk, tp krn volumenya tdk kecil mau ndak mau sy jg bs ikutan dengar. Ada yg menarik, saat salah satu dr mrk bercerita dg sangat antusias ttg pacar barunya. Ttg keindahan fisiknya, ttg kemolekan tubuhnya, ttg kelincahan sikapnya. Wow banget deh menurutnya. Tp tiba2 ada salah seorang diantara mrk yg tanya : emang kamu mau jadikan istri? Spontan dijawab oleh sang pacar: ya nggak lah.. Yg bener ajaaa. Aq kalo cari istri ya yg sholehah, minim jilbaban, biar bs ndidik anak2q ntar!"
Mak jlebbbbb.. 
Sy terkejut dg jawaban spontannya.
Anak2 punk yg dlm bayangan sy agak "ngeri dan sesuatu" ternyata mrk jg mendambakan sosok istri yg baik sbg pendamping hidupnya dan ibu dr anak2nya kelak.. Masyaallah... 
Apalagi kita, insyaallah.. Pasti jg mendambakan sosok suami yg baik, yg shalih dan bs menjadi imam bagi qt dan anak2 qt kelak.  
Tapi pertanyaannya adalah : apakah kita sudah mempersiapkannya??? Lalu apa saja yg perlu dipersiapkan? 

Slide 3
5 persiapan menuju pernikahan.
Paparan berikutnya hanya bersifat preview. Materi lbh detail akan disampaikan di pertemuan2 berikutnya oleh pemateri yg sesuai bidangnya

Slide 4 
1. Persiapan ruhiyah/mental 
A. ujian & tanggungjawab
Persiapan mental kita menuju pernikahan adalah dengan membangun wacana yg benar, meletakkan paradigma yg proposional ttg sbuah organisasi bernama pernikahan. Bahwa ia tdk hanya berisikan sebuah keindahan dan sgala hal yg menyenangkan semata. Akan ada ujian dan tanggung jawab besar disana. 

Qt dapati sosok mulia ibunda khadijah, misalnya. Lembut, keibuan, dermawan, kaya, support perjuangan dsb. Semua laki2 pasti tidak menolak jk dpt sosok istri spt itu. Tp tdk semua laki2 siap beristri dg wanita yg rentang usianya jauh diatasny. Jika ia bersedia, blm tentu keluarga besar kedua belah pihak bs menerimanya. Apalagi budaya masyarakat saat ini yg ada stigma krg pas klo anak gadisnya menikah dg laki2 yg lbh muda. 
Ngomong2 sy termasuk yg ini lho. Kebetulan allah menjodohkan sy dg berondong ganteng yg usianya lbh muda 2thn dr sy. Hehehe

Qt dapati pula sosok aisyah yg tdk hanya shalihah, tp jg cantik, cerdas, dan lincah. Semua laki2 pasti ingin mendapatkan sosok demikian, tp tidak semua laki2 siap menghadapi sikap cemburu beliau yg bs banting piring di dpn tamu.. 

Dlm pernikahan slalu ada ujian. Ujian ttg bgmn beradaptasi dg laki2 asing yg mjd suami qt berikut keluarga besar bliau dg karakter atau latar belakang yg tak sama, misalnya. 
Contoh, sy bbrp kali menjumpai ada diantara kawan2 yg sering update status di fb ataupun status di bbm dan berkeluh kesah ttg sikap suaminya. Terkadang bahkan mslh yg sangat sederhana tp bs memicu ketidaknyamanan. Misal pencet pasta gigi dr tengah, padahal kebiasaan kita pencet dr bawah. Misal kalau hbs makan kotoran di piring tdk pernah dibuang lgsg ke tmpt sampah pdhl kebiasaan qt sebaliknya. Misal suami tdk pernah mengembalikan barang2 di tempat semula dan ditaruh berserakan, pdhl qt memiliki kebiasaan rapi. Dsb. 

Knp di publish di medsos? Entahlah, bbrp mengaku biar suamix tersindir dan sadar. Bbrp mengaku suaminya gak bakal tahu krn memang gak punya fb, postingan itu sekedar untuk menyalurkan emosi dan bikin plong. 
Tapi apakah memang demikian penyikapan yg tepat? Apakah tdk justru memicu permasalahn lain di kmdn hr?

Qt jg berbicara Tanggung jawab yg tak ringan terlebih saat telah dikaruniai keturunan, misalnya. Itulah kenapa dikatakan menikah itu memenuhi setengah agama. Krn tanggung jawabnya pun tak ringan. 
Itulah knp paradigma yg benar dlm memandang pernikahan hrs benar2 qt siapkan sejak awal, biar ndak terkejut dan shock saat menghadapinya. Biar kita jg siap dg berbagai sikap yg bijak dan tepat saat menghadapinya. Bahwa menikah tak sekedar berbicara ttg cinta dan romantisme, tp ada ujian dan tanggung jawab besar yg menyertainya. 

Pada pertemuan2 berikutnya akan dibahas detail ttg ini insyaallah (bersambung 1)
B. Syukur dan sabar
Persiapan ruhiyah/mental yg kedua adalah dg membangun paradigma kita bahwa pasti akan dipergilirkan antara nikmat dan ujian, dipergilirkan suka dan duka, dipergilirkan gelak tawa dan derai air mata. Itulah kenapa sabar dan syukurpun akan menjadi sebuah keniscayaan dlm biduk rumah tangga. Hanya saja sisi2 kemanusiaan qt lbh sering mudah bersyukur saat kondisi lapang, tp sulit bersabar dlm kondisi yg sulit dan sangat tdk menyenangkan. Insyaallah dipertemuan2 berikutnya akan dibahas detail ttg mslh ini. 
Misal ttg bgmn manajemen konflik dg pasangan datau keluarga. Dsb 

C. mengubah ekspektasi menjadi obsesi
Persiapan ketiga dlm lingkup ruhiyah atau mental ini adalah berbicara ttg mengubah espektasi menjadi obsesi. Apa maksudnya? 
Seringkali saat masih single kita berharap, berespektasi kelak mendapatkan sosok suami yg shalih, yg bs jd imam yg baik untuk kita. Tidak salah, memang. Tp akan "sakit dan mengecewakan" jika espektasi ini ternyata tdk kita dapati dlm dirinya kelak. Alangkah indah seandainya qt ubah espektasi ini mjd sebuah obsesi. Berpikir kira2 apa ya yg bs aku lakukan untuk suamiku kelak agar ia bs jd imam yg baik untukku, apa ya yg bs aku bantu nanti saat sdh menikah agar suamiku bs jd ayah juara untuk anak2ku, dsb.. 

D. menata ketundukan pada smua ketentuanNya
Persiapan keempat dlm dimensi Ruhiyah/mental selanjutnya adalah menata ketundukan pada semua ketentuaNya. Memastikan bahwa semua on the track dlm tiap prosesnya. Jika menikah adalah sesuatu yg baik, maka segala sesuatunya qt pastikan jg baik dlm versiNya. 
Baik saat menyiapkannya. 
Baik saat dlm proses menuju pernikahannnya (berkenalan, lamaran, dsb)
Baik pula saat mengarungi bahtera berikutnya.. 

Dulu sblm menikah sy pernah membaca salah satu buku karya penulis favorit sy, ust salim.a.fillah 
Mungkin sering kita dengar ttg hadist bahwa wanita(dan sebaliknya bg laki2) dinikahi krn 4 hal bkn? Krn kecantikannya, krn hartanya, krn keturunannya dan krn agamanya. 

Tp saat itu sy terhenyak dg redaksi lainnya yg kurang lebih begini (ndak hafal, buku pas lg dipinjam) :
"Kalau kita menikah krn kecantikannya, tunggulah sampai allah mempercepat buruk wajahnya"
Maksudnya klo ada laki2 tampan yg dtg meminang bkn brarti qt terima pinanganx nunggu dia gak ganteng lg lho ya.. Hehehe.. To klo qt menikah krn gantengnya, silau dg ketampanannya, maka bs jd dia akan mjd suami qt tp stlh itu allah akan mempercepat hilangnya ketampanan yg qt puji2 itu.. 

Begitu jg dg 2 hal yg lainnya. 
Kalau kita menikah krn keturunannya, tunggu sj sampai allah membuka aib dan menurunkan kehormatannya. 
Kalau kita menikah krn hartanya, tunggu saja sampai allah menghilangkannya.. 

Apakah brarti qt tdk boleh menikah dg laki2 yg ganteng, kaya dan dari keturunan terhormat? Tentu saja bkn demikian. Disini menegaskan bahwa kebaikan agama lah yg jd standar utama kita. 

Agama : nilainya 1 
Tampan : nilainya 0
Kaya : nilainya 0
Keturunan terhormat : nilainya 0

Kalo dpt suami tampan dan kaya. Brarti nilainya 0
Kalo dpt suami yg baik agamanya nilai 1
Dpt suami baik agama, dan ganteng/kay nilainya 10
Dpt suami baik agam, ganteng, kaya, dr keturunan terhormat, wah itu yg asyikk.bonusx banyak. Hehehe.. 

Menata ketundukan padaNya dlm tiap proses, termasuk untuk urusan niat. 
Ini pengalaman pribadi, mjd hikmah pribadi setidaknya bagi sy dan suami. 
Niat kami berdua insyaallah seperti pasangan lainny. Menjalankan perintah agama, mengikuti sunnah, menghindari fitnah, membentuk keluarga dakwah yg nantinya bs bermanfaat bagi kebaikan lingkungan masyarakat dan bangsa yg lbh luas. Tidak ada yg salah menurut kami dg niatan ini. Tapi sy dan suami punya lintasan pikiran yg lain. Mhn digarisbawahi. Lintasan pikiran. Bkn niatan. 
Saat itu suami punya lintasan pikiran bahwa kalu sdh nikah enak ntar punya PW alias Pendamping Wisuda saat seremonial kelulusan. Yap, kami menikah memang saat suami sy msh berstatus mahasiswa, smstr 9. Kondisi "mengharuskan" suami nambah 1 smstr krn amanah masa jabatan bliau sbg presiden BEM Unair saat itu blm tuntas. Hmm pendamping wisuda. Pasti asyik ya, ada yg bs digandeng saat wisuda. Tp kondisi real ternyata berkata lain. 14 maret kami menikah, april ternyata alhamdulillah sy positif hamil. Dan di bln april itu jg suami akan wisuda. Tp bbrp hr sblm yudisium sy mengalami pendarahan hebat yg mengharuskan sy bedrest 1 minggu lbh di tempat tidur dan melewatkan impiannya bergandengan saat wisuda. Tp alhamdulillah kandungan sy msh bs dipertahankan sampai lahir tsabita kamila hasana, putri pertama kami.

Niat sy menikah spt td disebutkan diatas. Tp sy jg punya lintasan pikiran, bukan niatan. Ah enak ntar klo sdh nikah ada yg nyari maisyah, ndak lg ngrepoti orang tua, ndak perlu bingung mslh maisyah.. 
Tp yg terjadi berbeda. Stlh menikah kami sepakat keluar dr rmh orang tua untuk segera bljr mandiri dan disana sy merasakan ada sesuatu yg berbeda dg lintasan pikiran td. Kami pernah ada dlm kondisi minim uang. Pernah hanya bisa beli telur 2 biji, beras 2kg. Pernah jg "terpaksa" beli soto ayam di langganan kami yg hanya dg uang 5rb bs dapat kuah soto plus potongan ayam yg tdk sedikit. Knp beli soto? Biar kalo kuah sotonya habis, sisa potongan ayamnya bisa dicuci dan diolah lagi untuk bikin sop dsb.. 

Saat itu kami mencoba introspeksi dan br menyadari bahwa apa yg terjadi pada bln2 di awal pernikahan kami saat itu MUNGKIN adalah teguran Allah untuk meluruskan paradigma kami. Bg suami sy PW mungkin tdk perlu dijadikan sebuah lintasan pikiran apalagi naudzubillah jk mjd pemicu kesombongan. Bagi sy, kesulitan ekonomi saat itu seolah menjadi tamparan keras dr Allah untuk mengingatkan bahwa rizki itu bkn dr suami. Tp mutlak dr Allah Sang Penjamin Rizki.. 
Berdua kami tersadar, menangis dan beristighfar bersama. Memohon ampun atas khilaf yg mungkin tdk pernah kami sadari slama ini dlm melalui proses menuju pernikahan. Alhamdulillah sejak saat itu khdpn rumah tangga termasuk kondisi ekonomi kami berangsur2 membaik. 

Cerita lain. Ada seorang kawan yg bercerita tengah berproses dg seorang laki2. Dr crita bliau sy merasa intensitas dan cara berkomunikasinya krg ahsan dan perlu dibenahi. 
Tidak berdua2an seorang laki2 dan perempuan yg bkn mahram melainkan ketiganya adalah syetan. Yup, tp apakah makna berdua2an itu hanya dlm dimensi fisik saja? Kalau smsan, bbm-an, inbox fb, mention2 an di twitter, apakah jg ndak termasuk dlm konteks berdua2an?? 
Menurut sy, itu trmsk berdua2an.
Kembali ke cerita. Sy merasa bliau dan calonnya perlu membenahi pola komunikasi mrk. Biarpun sdh khitbah ato dilamar skalipun, blm tentu dia akan jd suami qt. Lho koq? Iya lah. Sblm ada ijab qabul alias akad yg diucapkan blm bs dikatakan dia PASTI akan jd suami qt bkn? Pernah ada crita diujung pulau jawa, seorang perempuan yg akan menikah, smua persiapan sdh matang dilakukan, undangan tlah disebar, kwade-catering tlah dipesan, bahkan souvenir bertuliskan nama ke2 mempelai pun tlah siap dibagikan. Ternyata taqdir Allah berkata lain. 
2 hari sblm hari h pernikahan, pihak calon mempelai pria tiba2 memutuskan sepihak batal menikah! Bagai disambar petir disiang bolong. Trus gmn klo bsk tamu2 dtg? Dalam kemelut kebimbangan calon mempelai wanita dan keluarga bsr, ternyata allah mendatangkan laki2 lain, saudara seperjuangan dlm komunitas kebaikan di daerah mrk tinggal ternyata menawarkan dirinya untuk menjadi suaminya. Bersedia sepenuh jiwa mjd imamnya dan ikhlas bersanding di pelaminan meski nama yg terukir diundangan dan souvenir bukanlah namanya.. 
Masyaallah.. 

Balik lg ke crita td. Balik balik terus. Maap. Hehehe... 
Dr crita tmn sy yg akan menikah td sy merasa ada pola komunikasi yg perlu benahi. Tp wallahu a'lam bgmn akhirnya. Hingga akhirnya alhmdlh hr yg dinanti dtg juga. Beliau berdua menikah dan sah sbg pasangan suami istri.. Sy turut berbahagia.. Hingga krg lbh skitar 1 minggu kmdn sang istri datang dan Curhat kalo lg ada mslh sama suamix. Saat itu mrk buntu menyelesaikannya. Dan stlh sy dengar ceritanya sy berkesimpulan ini krn masalah komunikasi yg krg lancar antara istri dan sang suami. 
Hm.. 

Dr bbrp kejadian itu, akhirnya kami br menyadari sebuah untaian kalimat yg tdk kami pahami dr buku ust salim dulu sblm menikah. Kurang lebih redaksinya begini,
"Bahwa satu kesalahan saja yg kita lakukan saat menuju pernikahan, akan kita rasakan akibatnya saat sdh berumah tangga dan akan berpengaruh pada kebarakahan rumah tangga yg qt bina"
Jika kita salah dalam pola komunikasi saat proses akan menikah, bs jd komunikasi pula yg jd sebab pertengkaran yg muncul dlm rmh tangga kita. 

Itulah knp ust salim menganjurkan untuk sering2 introspeksi dan beristighfar meski kita sdh menikah, siapa tahu ada salah dan khilaf yg tdk qt sadari DULU, tp ia mjd batu2 yg mempengaruhi perjalanan rumah tangga kita

Insyaallah pd pertemuan2 berikutnya kita akan bahas detail ttg dimensi menata ketundukan kpd semua ketentuanNya ini.
(Bersambung 2)
 Blajar blajar dan blajar 
Semoga kita bs brtmu dgn pasngan yg bs bw kita ke syurga..bs bahagia dunia akherat.aamiin 


Resume materi to be WOW
#pemateri euis