Ayah Bunda, Saudaraku Pecinta Rasulullah.. Apa kabar? Alhamdulillah masih bisa bertemu di hari Senin ini.. Kembali ke rutinitas kerja tp jangan lupa One Day One Sirah dulu ya..
Yuuk kita lanjutkan lagi ceritanya..
🌊 MENGGALI SUMUR ZAMZAM 🌊
Saudaraku tercinta, saat itu sumur zamzam telah terkubur dan dilupakan orang selama ratusan tahun. Namun, Abdul Muthalib tidak pernah lupa pada sejarah Mekah bahwa dulu pernah ada mata air yang menghidupi Mekah, mata air yang memancar keluar oleh kaki Ismail.
"Aku harus menemukannya!" pikir Abdul Muthalib. "Aku harus menemukan kembali sumur zamzam yang telah dilupakan orang! Apalagi aku bertugas menyediakan air dan makanan bagi penduduk Mekah."
Pikiran seperti itu tidak pernah hilang dari benaknya, "Aku harus menemukannya! Aku harus menemukannya!"
Setelah itu, Abdul Muthalib mengambil tembilang dan memanggil putra satu-satunya, "Harits, temani Ayah mencari dan menggali kembali Sumur Zamzam!"
Harits mengangguk. Kemudian, mereka mulai mencari di mana dulu letak Mata Air Zamzam berada. Setelah beberapa kali mencoba menggali di beberapa tempat, sumur zamzam tidak juga ditemukan.
"Ayah, mungkin Sumur Zamzam memang telah hilang," kata Harits.
"Tidak, Nak! Ayah yakin sumur itu masih ada! Kita harus menemukannya! Orang-orang Mekah akan hidup lebih baik jika Sumur Zamzam ada di tengah kita!"
Dengan gigih, keduanya pun terus mencari. Orang-orang Quraisy, penduduk asli Mekah, melihat perbuatan mereka dengan heran.
"Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib? Bukankah dulu nenek moyang kita, Mudzaz bin Amr pernah menggalinya, namun tidak berhasil?"
Abdul Muthalib menaruh tembilangnya dan duduk. Ya, ratusan tahun yang lalu, Mudzaz bin Amr, mertua Nabi Ismail AS, pernah mencoba menggali Zamzam, namun tidak berhasil. Padahal, saat itu Mudzaz telah mempersembahkan sesaji berupa pedang dan pelana berpangkal emas agar Sumur Zamzam ditemukan.
Saudaraku tercinta, apakah Abdul Muthalib menyerah dan menghentikan penggalian?
📚 Ensiklopedia Mini
✏ Sekarang Aku Tahu
Sumber Air Mekah
Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi tamu-tamu yang datang ke Mekah. Setelah ratusan tahun Sumur Zamzam tertimbun, air harus didatangkan dari beberapa sumur yang terpencar-pencar di sekitar Mekah.
*Episode 17
Ayah Bunda, teman2.. Kita lanjutkan lagi ya ceritanya,
"MENEMUKAN ZAMZAM"
Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib tertidur. Tiba-tiba, dalam tidur, ia bermimpi mendengar suara yang bergema berulang-ulang. "Temukan Sumur Zamzam itu, wahai Abdul Muthalib! Temukan Sumur Zamzam! Temukan!"
Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat baru. Esoknya, ia mengajak Harits menggali dan menggali dengan lebih giat. Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah menjadi tawa.
"Kasihan Abdul Muthalib , mungkin ia sudah kehilangan akal sehatnya!" kata mereka satu sama lain.
Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.
"Air! Harits! Lihat, ada air!" seru Abdul Muthalib saking kagetnya.
"Ayo kita gali terus. Ayah! Ayo gali terus!"
Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-pedang dan pelana emas yang pernah ditaruh oleh Mudzaz bin Amr dahulu. Melihat penemuan itu, orang-orang Quraisy datang berbondong-bondong.
"Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas itu!" pinta mereka.
"Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib antara aku dan kamu sekalian dengan permainan qidh (anak panah). Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat aku, dan dua buat kamu. Kalau anak panah itu keluar, ia mendapat bagian. Kalau tidak, dia tidak mendapat apa-apa."
Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-tengah berhala di depan Ka'bah. Ternyata, anak panah Quraisy tidak ada yang keluar. Pemenangnya adalah Abdul Muthalib dan Ka'bah. Karenanya, dapatlah Abdul Muthalib meneruskan tugasnya mengurus air dan keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam memancar kembali.
Mengingat beratnya tugas itu, Abdul Muthalib sangat ingin agar ia mempunyai banyak anak laki-laki yang dapat membantunya.
Ayah Bunda, apakah keinginannya akan terkabul ?
--- to be continued ---
📚 Ensiklopedi Mini
✏ Sekarang Aku Tahu
PEDANG DAN PELANA EMAS
Abdul Muthalib memasang pedang-pedang itu di pintu Ka'bah, sedangkan pelana-pelana emas ditaruh di dalam rumah suci itu sebagai perhiasan.
#OneDayOneSirah