Resume Kajian online wa HAMBA اللَّهِ SWT
Jumat, 2 Mei 2014.
Narasumber : Ustadz Dodi Kristono
Notulen : Bunda Vita & Fita
ْبِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Kajian kali ini tentang Syaban yaaa.
Memasuki Bulan Syaban, Para Bunda disunnahkan untuk Memperbanyak Puasa dan juga Para Bunda berusaha Menghindari amalan-amalan yang tidak diperintahkan dan dicontohkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Masalah keutamaan bulan Sya’ban telah diriwayatkan dalam beberapa hadits, di antaranya dalam Shahih Muslim dari ‘Aisyah رضي الله عنها. Beliau berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ وَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطْ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامً فِي شَعْبَانَ. (رواه مسلم)
“Rasulullah صلى الله عليه وسلم berpuasa hingga kami mengatakan beliau صلى الله عليه وسلم tidak pernah berbuka, dan beliau berbuka hingga kami mengatakan bahwa beliau صلى الله عليه وسلم tidak pernah puasa. Namun Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak pernah berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat satu bulan yang paling banyak beliau berpuasa kecuali pada bulan Sya’ban.”
(HR. Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ‘Aisyah رضي الله عنها ditanya tentang puasa Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Beliau رضي الله عنها menjawab:
كَانَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ قَدْ صَامَ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ قَدْ أَفْطَرَ وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطْ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُوْمُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيْلاً. (رواه مسلم)
“Beliau صلى الله عليه وسلم berpuasa hingga kami mengatakan beliau selalu berpuasa. Dan beliau tidak berpuasa sampai-sampai kami mengatakan beliau tidak pernah berpuasa. Aku tidak pernah melihat beliau berpuasa yang paling banyak seperti di bulan Sya’ban. Beliau صلى الله عليه وسلم berpuasa hampir seluruhnya. Beliau berpuasa di bulan Sya’ban seluruhnya kecuali sedikit.” (HR. Muslim)
Bid’ah-bid’ah pada Bulan Sya’ban :
1. Melakukan Shalat Bara’ah / Alfiyyah (shalat seribu raka’at)
2. Melakukan Dzikir dan Shalat Khusus pada Malam Nishfu Sya’ban
3. Melakukan Do’a Yaa Dzal Manni
■Tanya :
Do’a Yaa Dzal Manni...doa apa ya?
Jwb :
Panjang nih Bunda
Demikian pula bid’ahnya doa khusus pada malam nishfu Sya’ban yang berbunyi:
اللّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلاَ يَمن عَلَيْهِ يَا ذَا لْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
Ya Allah, wahai pemilik segala pemberian dan tidak pernah membutuhkan pemberian. Wahai Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi….
Telah diisyaratkan dalam ucapan pensyarah kitab Al-Ihya’ bahwa do’a tersebut tidak ada asalnya dan tidak ada sandarannya.
Tentunya walaupun kita boleh berdoa dengan apa pun yang kita minta kepada Allah, namun tidak boleh mengkhususkan satu doa untuk tanggal tertentu, bulan tertentu tanpa dalil dari hadits-hadits yang shahih.
Maka wahai hamba Allah, Para Bunda yang Jelita dan Solehah, jika satu ibadah tidak diperintahkan dalam Al-Qur’an, tidak pula dicontohkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam sunnah, bahkan tidak pula oleh para khalifah-khalifahnya dan seluruh para shahabatnya, maka janganlah kita beribadah dengannya.
Dalam Musnad Imam Syafi’i رحمه الله diriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengucapkan talbiyah dengan kalimat:
لَبَّيْكَ إِلَهَ الْحَقّ لَبَّيْكَ
Dalam riwayat lain:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ
Kemudian diriwayatkan bahwa Sa’ad bin Abi Waqash mendengar beberapa orang dari kaum kerabatnya membaca talbiyah:
يَا ذَا الْمَعَارِجِ
Maka Sa’ad bin Abi Waqash berkata:
إِنَّهُ لَذُوْ الْمَعَارِجِ، وَمَا هَكَذَا كُنَّا نَلْبِي عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Memang benar bahwa Allah memiliki Ma’arij, tetapi tidak demikian kita diajarkan talbiyah pada zaman Rasulullah صلى الله عليه وسلم.”
Atsar ini menunjukkan betapa besar kehati-hatian para shahabat dalam beribadah. Tidak berani merubah kalimat-kalimat apalagi menambahinya. Ketika mendengar sebagian kaum muslimin mengucapkannya dengan kalimat yang berbeda dengan apa yang diajarkan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم -walaupun secara makna benar- mereka menegurnya, seperti apa yang dilakukan oleh Sa’ad bin Abi Waqash di atas.
Nishfu Sya’ban bukan Lailatul Qadar
Berkata Muhammad ‘Abdus Salam Asy-Syuqairi: Adapun pendapat yang mengatakan bahwa malam nishfu Sya’ban adalah malam lailatul qadar, maka itu adalah pendapat yang batil dengan kesepakatan para ulama dari kalangan ahlul hadits dan para peneliti hadits.
Imam Ibnul Arabi رحمه الله juga menyatakan -ketika mensyarah hadits Tirmidzi-: Telah disebutkan oleh sebagian penafsir bahwa ayat:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. (القدر: ١)
“Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar.” (Al-Qadr: 1)
Bahwa yang dimaksud adalah malam nishfu Sya’ban.
Ini adalah pendapat batil, karena Allah tidak menurunkan Al-Qur’an pada bulan Sya’ban. Hanya saja Allah سبحانه وتعالى katakan: “Kami turunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar.” Sedangkan malam lailatul qadar adalah pada bulan Ramadhan sebagaimana Allah katakan dalam ayat lain:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدى وَالْفُرْقَانِ… (البقرة: ١٨٥)
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan dan bathil)” (Al-Baqarah: 185) (As-Sunan wal Mubtada’at, hal. 146)
Berarti pendapat ini adalah pendapat yang menentang Al-Qur’an dan pendapat orang yang tidak mengerti apa yang dibicarakan di dalamnya.
Muhammad ‘Abdus Salam Asy-Syuqairi رحمه الله berkata:
Maka aku peringatkan kalian dari kebid’ahan ini, karena sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى juga menyatakan:
فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ. (الدخان: ٤)
“Padanya diputuskan segala perkara-perkara dengan bijak.” (Ad-Dukhan: 4)
Ayat ini menerangkan tentang malam lailatul qadar yang diberkahi yang padanya diputuskan perkara-perkara taqdir dengan adil. Dan ini bukan terjadi pada malam nishfu Sya’ban.
■ Lalu dari mana ya asal muasal nisfu sya'ban ini?
Jwb :
Para ahli Bid'ah yang meramaikan istilah tersebut
■ Termasuk syi'ah?
Jwb :
Itu cuma penggembira saja
Hal ini banyak dilakukan oleh ASWAJA
Yuuupp ini banyak dilakukan oleh ASWAJA (NU) dan para Habib2 yang sering buat kajian mengganggu pemakai jalan raya.
Mereka menganggap ASWAJA - Ahlussunnah Wal Jamaah yang paling BENAR
■ Bunda Laela :
Berrti solat sunah nishfu sya'ban dan puasa sunah nishfu sya'ban itu sebenarnya sama sekali tidak ada tuntunan dri rosulullohnya ya ust..
Jwb :
Betul Bunda Laela
■ Semua kelompok SUNNI itu mengclaim dirinya lah yang AHLUSSUNNAH yang paling Benar
Cara croosceknya bagaimana....?
Jwb:
Lihat saja apa yang menjadi kebiasaan kelompok mereka, trus kita cari dalilnya
Kalau ga ada dalilnya. Kelompok mereka itu mengada - ada dalam urusan Ibadah.
Islam itu sudah SEMPURNA sejak diangkatnya Nabi Tercinta kita.
■Buat apa kita sibuk2 bikin aturan sendiri agar bisa kelihatan lebih baik.
Tak perlu.... Itu sama saja menghina Rasulullah صلى الله عليه وسلم , terkesan Beliau tidak mampu membuat suatu urusan Ibadah yang lebih baik.
■ Bunda Retno: Afwan ust dodi, bagaimana dengan amalan2 di malam nishfu sya'ban, di daerah saya banyak yang melakukan ibadah2 tertentu di malam nishfu sya'ban dan itu d lakukan berjama'ah d masjid, seperti sholat dan do'a di malam nishfu sya'ban, kemudian siang harinya shaum..
Dan banyak yg berpendapat jika mengqodho' shaum setelah tgl 15 sya'ban itu tidak di terima
Itu gimana ustad?
Jwb:
Melihat Kajian diatas, tidak ada dalil yang mendukung terhadap Nisfu Syaban.
Lebih baik menghindar pelan2 saja Bunda Retno.
■ Bunda Retno: Afwan keluar dri tema boleh ya ustad
Ketika shalat tarawih d bulan ramadhan setau saya harus ikut imam y ust, apakah 23 + witir atau 11 tpi d masjid dekat rumah ada kelompok yg meyakini 11 rakaat lebih baik jadi ketika sudah 8 rakaat tarawih mereka mundur dan buat shaf d belakang/teras masjid mereka sholat witir disana dan ada imamnya.
Sementara di dalam shalat tarawih masih berlangsung.
Jwb:
Ada memang beberapa pendapat terhadap Jumlah Rakaat.
Ada yang berpendapat 11 Rakaat lebih utama.
Ada yang berpendapaat 23 rakaat lebih utama.
■ Bunda Rusni : tentang shaumya pak, ada pendapat dosen tarbiyah bilang bahwa puasa senin kamis karena Rasul lahir hari senin, jadi kalau lahir selasa, bisa selasa jumat, ada haditsnya katanya. Bgmn pak ust?
Jwb:
Nabi صلى الله عليه وسلم melakukan puasa karena memang kelahiran Beliau.
Ada perdebatan diantara para Ulama, buat apa kita puasa dihari kelahiran kita...? Tidak ada urgensinya terhadap Ibadah kita.
Artinya, jika Nabi صلى الله عليه وسلم berpuasa dihari kelahiran tsb lantas puasa Sunnah disyariatkan dihari tersebut, tidak diberlakukan untuk Umatnya juga.
Beliau lahir kedunia ini bukan sebagai manusia biasa, Beliau adalah Pembawa Risalah Resmi dari اللّهُ سُبْحَانَهُ وتَعَالَى
■ Bunda Ellies :
1. Pak Dodi, nanya shaum sya'ban, td sekilas saya baca, tentang hadist yg diriwayatkan Aisyah "Nabi lebih banyak berpuasa selain ramadhan yaa di bln sya'ban"(kurang lebih gitu), itu dhoif ?? *afwan kalo saya salah baca. Kalau kita tetep puasa gak boleh yaa? *maksudnya perbanyak puasa sunnah disya'ban.
Jwb:
Shohih Kok Bunda
2. Bulan Sa'ban termasuk bulan haram yg disebut di quran, kl disebut di quran..biasanya itu istimewa..., trus..mengapa kl kita ingin memuliakan bulan istimewa dibulan haram dgn perbanyak ibadah dan amalan dianggap bi'dah ??
Jwb:
Kayaknya kecampur campur antara Kajian Syaban dan Kajian Rajab.
Bulan yang termasuk 4 Bulan Haram adalah : Dzulqo'dah, Dzhuhijjah, Muharram dan Rajab.
■ Bunda Retno :
1. Bagaimana dengan masalah jama'ah yg mundur kemudian buat shaf di belakang untuk shalat witir sementara di dalam masih shalat tarawih?
Jwb:
Apakah Sholat Witirnya sendiri2 atau Berjamaah...?
Jika berjamaah tidak diperbolehkan, dikarenakan ada aktifitas Jamaah juga dalam masjid.
Tidak boleh ada 2 Imam didalam 1 Masjid, Imam ke2 halal untuk dibunuh, kata salah satu Sahabat.
2. Jama'ah ustad dan itu smpe 4 shaf. Setiap tahun kayak gitu. Mungkin ada solusi ustad??
Jwb:
Diberitahukan saja.. Kepada yang membuat barisan baru, agar lebih baik witir dilakukan sendiri2 saja dirumah.
Karena nanti akan terjadi perpecahan antar jamaah.
Apakah tidak terganggu pada saat baca Surat yang harus dikeraskan...?
3. Yg witir d luar biasanya tanpa pengeras suara. Jazakumullah ustad. Tolong do'akan agar lebih baik dan masalah yang tadi bisa di selesaikan.
Jwb:
أَمِِيْن يَا رَبَّ العَالَمِينْ
Imam yang ke-2 terkena hukum dilarangnya ada 2 Imam Jamaah didalam 1 Masjid.
■ Bunda Rusni: Di istiqlal juga ada 2 grup pak. Tapi tambahan...yang mau lanjut setelah 11 rakaat langsung kesamping buat barisan baru, sementara yg 11 rakaat dzikir / nyimak ceramah.
Jwb:
Naaah... Kalau tidak sama2 Sholat Jamaah maka hukum Imam 11 rakaat tidak kena hukum imam ke2.
Tapi... Apakah tidak akan terganggu dengan adanya Sara Ceramah dan Suara Imam saat membacakan surat...?
Jwb Bunda Rusni: Yg tambahan ga pakai speaker sih, tapi jamaahnya lumayan banyak. Utk witirnya juga ada yg pake dan ada yang gak.
Jwb: Kalau kondisinya yang seperti Bunda Rusni sampaikan, itu tidak jadi masalah.
Jwb Bunda Rusni: Tp sekarang sudah diubah, habis isya ceramah dulu, semua dengar ceramah, baru taraweh 8 rakaat, nah pas witir ada yg terus,,ada yg dzikiran, ada yg bikin shaf sholat sd 23 tadi. Klo al azhar taraweh semua 8 + 3 kompak...hanya tahajudnya sendiri2.
■ Bunda Ika: Di mesjid dekat rmh saya ada 2 lantai, 8 rakaat pertama shalat di lt. 2. Selanjutnya yg 11 rakaat ramai2 pindah ke lantai 1 sdgkan yg 23 rakaat ttp dilantai 2 .. semua melanjutkan shalat .. Apakah imam ke 2 jg t'kena hukum larangan 2 imam dlm 1 mesjid ? Walaupun msg2 tdk saling mengganggu. Kira2 ustad faham gak ? Kalau jelas2 ada larangan 2 imam dlm 1 mesjid tapi mereka tetap melaksanakannya, apa dasar mereka tetap melaksanakannya ya ? Ketidaktahuan atau ada pemahaman lain ?
Jwb:
Masalahnya kan Imam Jamaah pertamanya adalah Imam yang memang memegang Masjid tersebut. Jika ada Imam Rawatibnya maka Jamaah kedua ini HARAM hukumnya. Kecuali didapati Musholla dipasar2 yang sempit dan bergantian tempatnya,
Atau,
Masjid seperti di rest area jalan Tol, Imam yang memimpin biasanya Bukan Imam Masjid, maka jika kita buat Jamaah Baru lagi diperbolehkan. Tapi lebih baik jika bergabung.
Untuk menghindari perpecahan diantara Umat.
Saya berhusnuzon saja kepada mereka, mungkin mereka belum mengetahui akan hal ini dan semoga اللّهُ Ta'ala tidak menimpakan hukuman kepada Jamaah tersebut. ِ