Terus semangat belajar dan berbagi ilmu sampai ke liang lahat, demi menjadi Hamba اللّهُ yang Kaffah.

Tips proses menyapih anak

Penyapihan bisa dilakukan secara bertahap ataupun seketika. Proses penyapihan seketika umumnya dilakukan dalam keadaan terpaksa, misalnya ibu mendadak jatuh sakit atau harus pergi jauh sehingga tidak memungkinkan untuk menyusui anak. Apabila memang (terpaksa) harus melakukan proses penyapihan mendadak, berikut ini Tipsnya:
Tips Lengkap Proses Menyapih Anak Balita

1. Komunikasi. Mengomunikasikan situasi yang terjadi pada anak (terutama anak di atas satu tahun).


2. Tunggulah anak sampai merasa haus atau lapar, karena biasanya pada saat itu anak dapat menerima minuman selain ASI.

3. Alihkan perhatiannya pada mainan yang ia suka sambil memberikan makanan/minuman lain sehingga anak tidak mencari-cari ASI.

4. Coba berikan susu formula yang memiliki rasa mendekati ASI.

5. Hadirkan sosok penggati ibu yang biasa membuat anak merasa nyaman saat ibu tidak bisa berada di dekatnya.

Sedangkan penyapihan bertahap dibagi menjadi natural weaning/penyapihan alami (tidak memaksa dan mengikuti tahapan perkembangan anak) serta mother led weaning (ibu yang menentukan kapan saat menyapih anaknya). Nah, penyapihan alami inilah yang paling dianjurkan. Mengapa? Karena secara psikologis, dampaknya paling ringan. Ketahuilah, pada awal proses penyapihan, anak biasanya rewel dan gelisah. Nah, dengan penyapihan alami, semua itu bisa dihindari mengingat saat memasuki usia batita sebetulnya ketergantungan anak pada ASI sudah semakin berkurang.

Sementara dalam mother led weaning yang dibutuhkan adalah kesiapan mental ibu juga dukungan dari lingkungan, terutama ayah (suami) sebagai sosok yang dapat memberikan kenyamanan selain ibu dengan cara mengajak anak bermain. Bila sudah mantap untuk menyapih, lakukanlah penyapihan dengan sabar dan tidak terburu-buru karena sikap ibu dalam menyapih berpengaruh pada kesiapan si balita. Berikut ini Tips dalam proses penyapihan bertahap (contoh sudah menjelang 2 tahun):

1. Sapih anak dalam keadaan sehat. Hindari saat anak sedang sakit, marah arau sedih, karena akan membuat anak semakin tertekan dan tidak bahagia.

2. Komunikasikan keinginan menyapih dengan pasangan. Penyapihan dapat berjalan lancar bila ada dukungan positif dari suami. Selain itu, berbicaralah pada anak ketika ingin menyapihnya walaupun kemampuan komunikasinya berlum berkembang baik, misal, “Adek, minum susunya siang ini diganti ya, dengan jus jeruk. Sama enaknya lo dengan susu.”

3. Penjelasan logis. Jelaskan pada anak secara logis mengapa ia harus berhenti menyusu pada ibunya. Umpamanya, karena anak sudah berusia 2 th, sudah pintar makan nasi, buah, sayur dan sebagainya.

4. Bersikap lembut tetapi tegas dan konsisten. Jangan merasa bersalah karena waktu selama 2 tahun sudah lebih dari cukup.

5. Lakukan aktivitas menyenangkan antara ibu dan anak supaya ia tahu bahwa tak mendapat ASI bukan berarti tak dicintai.

6. Jangan menawarkan ASI, atau memberikan ASI sebagai jurus ampuh saat anak rewel, terjatuh, atau menangis.

7. Berikan contoh melalui lingkungan sosial anak ataupun buku-buku bacaan yang menggambarkan tentang kemandirian tokoh yang tak lagi menyusu pada ibu.

8. Jangan mengoleskan obat merah/memberi plester pada puting susu. Hal ini dapat menyebabkan keracunan pada anak. Selain tiu, dampaknya, anak akan merasa ditolak oleh ibu dan merasa tidak dicintai apalagi jika ibu melakukannya dengan tiba-tiba. Efek panjangnya, anak mengalami kesulitan untuk menjalin interaksi sosial dengan orang lain.

9. Hindari secara tiba-tiba menitipkan anak di rumah neneknya selama berminggu-minggu, atau ke tampat pengasuhan anak setiap hari, karena proses adaptasi anak tidak cepat. Ia butuh waktu untuk merasa nyaman dengan lingkungan barunya, sebab proses penyapihan dengan cara menitipkan ke tempat lain membuat anak merasa tertekan. Ia harus beradaptasi dengan 2 hal sekaligus: kehilangan ASI dan berada pada tempat baru.

10. Jangan menyapih anak dengan mengalihkannya ke benda lain seperti empeng atau botol susu. Meski tidak ada larangan khusus, empeng atau dot berpeluang besar membuat anak jadi “malas makan”. Empeng juga berisiko membuat anak memiliki ikatan emosional yang kuat pada benda tersebut, sehingga kelak akan sulit mengubah kebiasaan mengempengnya.

11. Hindari pemaksaan. Jika anak belum siap, ibu perlu mencari tahu penyebabnya. Mungkin ia sedang sakit atau apakah sikap ibu kurang sabar? Anak yang menolak disapih akan menunjukan reaksi kesal atau marah dengan menangis, rewel, gelisah atau lebih banyak diam.
(tipsanda.com)