Terus semangat belajar dan berbagi ilmu sampai ke liang lahat, demi menjadi Hamba اللّهُ yang Kaffah.

Asuransi Syariah Makin Diminati, Makin Menjanjikan


Sejumlah perusahaan asuransi konvensional di Indonesia beramai-ramai membentuk unit syariah. Bagaimana prospeknya?

---


Ketua umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) periode 2008-2011, Mohammad Shaifie Zein, menilai perkembangan asuransi syariah dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan catatan cukup baik. "Kalau melihat peningkatan premi asuransi syariah, pernah lebih dari 100 persen pada 2007 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Itu kan mengindikasikan bahwa masyarakat mulai mengetahui asuransi syariah," ujarnya.

Menurut dia, premi yang diperoleh perusahaan asuransi syariah pada 2006 sebesar Rp 497 miliar dengan total aset Rp 917 miliar. Angka itu kemudian meningkat menjadi Rp 1,2 triliun dengan total aset sebesar Rp 1,9 triliun pada 2007. Namun, dia menyatakan belum mengetahui secara persis perkembangan asuransi syariah di akhir 2008. "Pada 2008, kira-kira total asetnya di atas Rp 2 triliun. Kalau tahun ini, mungkin tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya," katanya.

Perkembangan industri asuransi syariah di negeri ini diawali dengan berdirinya PT Syarikat Takaful Indonesia (STI) pada 24 Februari 1994. Asuransi syariah pertama tersebut dimotori oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan, dan beberapa pengusaha muslim Indonesia.

Selanjutnya, STI mendirikan dua anak perusahaan, yaitu asuransi jiwa syariah bernama PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK) pada 4 Agustus 1994 dan asuransi kerugian syariah, PT Asuransi Takaful Umum (ATU), pada 2 Juni 1995. Setelah Asuransi Takaful dibuka, berbagai perusahaan asuransi menyadari cukup besarnya potensi bisnis tersebut di Indonesia. "Makanya, mereka kemudian ramai-ramai ikut membentuk asuransi syariah," tegasnya.

Ada yang langsung mendirikan perusahaan asuransi syariah penuh, ada juga yang membuka divisi khusus asuransi syariah. Kini terdapat 38 perusahaan yang telah memiliki unit syariah. Tiga perusahaan di antaranya murni syariah. Asalnya, diperkirakan ada tiga perusahaan asuransi yang akan membuka unit syariah pada 2009. "Tahun ini, mungkin ada tiga perusahaan lagi yang bakal membuka unit syariah," lanjutnya.

Contohnya, bisnis asuransi jiwa syariah didirikan oleh perusahaan Asuransi Syariah Mubarakah. Sedangkan strategi pengembangan bisnis melalui pembukaan divisi atau cabang asuransi syariah dilaksanakan oleh sebagian besar perusahaan asuransi. Antara lain, PT MAA Life Assurance, PT MAA General Assurance, PT Great Eastern Life Indonesia, PT Asuransi Tri Pakarta, PT AJB Bumiputera 1912, dan PT Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera.

Bahkan, sejumlah pemain asuransi besar dunia turut tertarik masuk dalam bisnis tersebut di Indonesia. Di antara perusahaan asuransi global yang masuk dalam bisnis itu adalah PT Asuransi Allianz Life Indonesia dan PT Prudential Life Assurance. "Mereka menilai Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia sehingga menjadi potensi pengembangan bisnis yang sangat besar dan tidak dapat diabaikan," ungkapnya.

Direktur Utama Insight Investment Management Iggi H. Achsien menyatakan bahwa perkembangan pesat asuransi syariah di Indonesia memang masuk akal. Di samping pangsa pasar yang besar, sistemnya transparan dan membuat nyaman pemegang polis. "Asuransi syariah menjanjikan sistem yang lebih adil, transparan, dan terhindar dari unsur perjudian. Karena itu, orang merasa lebih aman dengan asuransi syariah," jelasnya. (wir/kum)